Rabu, 08 Juni 2011

" KISAH KASIH DI SEKOLAH " ( SERI 2) LANJUTAN

Pingin nulis lagi di catatan " Kisah Kasih di Sekolah" jilid 2, tapi mata kok ngantuk...padahal td sore aku ketemu " anakku" yang bisa kubanggakan itu.... Subhanaallah, dia sudah besar dan gagah...lagi pintar sekarang, dan dia tak lupa mencium tanganku dan berkata : " Ibu, aku di SMA dpt rangking 7 lho! Akhirnya ya bu...kudapatkan itu setelah perjuangan dr SD bersama ibu...!!!" ...Allahu Akbar,Ya Allah ampuni aku jika dalam mendidik anak2ku ada termasuk salah dan khilaf, semoga yg baik2 saja yg mereka ambil hikmahnya, yg burukku dibuang jauh-jauh...
esok aku bagi ceritanya pd teman2 ya...terharu aku ihick ihick..!! ( waktu itu aku baru nulis smp disini)

Selamat malam kawan, ketemu lagi kita di catatanku tentang Kisah Kasih di Sekolah.
Sesuai dengan janjiku kemarin, aku akan melanjutkan ceritaku, dan ceritaku kumulai dari….
Waktu itu aku baru bergabung sebagai guru Bani Saleh beberapa bulan.
Pada suatu hari, datang menghampiriku teman guru sebagai wali kelas IV, meminta aku untuk mau memberi tambahan pelajaran bagi salah satu murid baru (pindahan dari sekolah lain), anak laki-laki, kusebut saja dia Ananda.
Ananda dari keluarga cukup mampu, dilahirkan dari seorang ibu yang cantik, lemah-lembut dan seorang ayah yang bekerja dengan hebat. Ananda anak ke-2, kakaknya perempuan dan sudah masuk kuliah kedokteran di Bandung.
Alasan dari ayah dan ibunya mencarikan guru les privat bagi Ananda, adalah supaya tidak ketinggalan pelajaran di sekolah yg baru, juga mereka mencari guru les dengan catatan guru tersebut sabar dan mampu mengendalikan keaktifan dan mampu menjawab serba keingin tahuan Ananda. Karena menurut mereka itulah yang dibutuhkan anaknya saat ini. Kenapa…?

Ayah dan ibu Ananda kemudian berkenalan denganku, dan menceritakan bagaimana keadaan dan problem yang mereka hadapi menyangkut keaktifan Ananda. Bahkan mereka khawatir kalau Ananda, anak laki-lakinya itu termasuk anak “ Autis” atau “ Hiperaktif”…Waduh, bagaimana ini? timbul pertanyaan bagiku, Mengapa ibu dan ayah memvonis Ananda seperti itu?

Begini ceritanya (Ayah dan Ibu Ananda dengan bergantian menceritakan suatu kejadian yang cukup membuat mereka traumatic) ….:
Pada suatu hari, ayah dan Ananda berbincang-bincang. Ananda bertanya pada ayahnya atas keherannya pada system kerja baling2 kapal atau perahu yang digerakkan dengan energy Listrik, tapi kenapa tidak terjadi korsleting pada tubuh kapal itu padahal baling2 kapal masuk terendam di air….Nah lo…? Akhirnya dengan selintas beliau menjelaskan dan rupanya Ananda sangat menyimak dan timbul pikiran dibenaknya, “ aku akan coba besok, akan aku buktikan penjelasan ayah, betul apa salah….(?)”

Keesokan harinya, sore hari sepulang sekolah tanpa sepengetahuan ibunya, Ananda menyiapkan bahan2 eksperimennya itu berupa kipas angin, baskom besar, kabel listrik…dibawa masuk kamarnya dirumahnya di lantai 3.
Tiba-tiba menjelang magrib, Jegleg….Listrik dirumahnya padam. Ibunya yang sedang sibuk menyiapkan makan malam bingung tidak tahu apa penyebab padamnya listrik. Sementara listrik di rumah tetangga menyala.
Ayah tiba dirumah sepulang kantor heran melihat lampu dirumahnya semua padam dan keadaan gelap gulita. Beliau masuk dan langsung mencari ibu dan bertanya : “ Mengapa listrik rumah kita padam…? Apa ada yang korsleting ibu…?” …..

Ibu juga bingung karena semua perlengkapan listrik di rumah sudah diperiksa…beres tidak ada yg salah…lalu apa lagi yang salah….?
Ayah bertanya pada ibu….” Dimana Ananda, ibu?”
Ibunya menjawab…” Ananda ada di kamarnya dari tadi sibuk entah apa yang dikerjakannya “
Entah naluri seorang ayah yg kuat, beliau langsung berteriak…” Ananda…..!!!!” sambil berlari naik keatas ke kamar anaknya, dan langsung membuka pintu kamar Ananda…. braak…!

Ananda yang asyik dengan ekperimennya ditengah gelapnya kamar juga jadi kaget…bersamaan kaget dan amat sangat khawatirnya ayah dan ibu melihat apa yang sudah dilakukan anaknya itu….
Rupanya Ananda ingin membuktikan penjelasan ayahnya tentang cara kerja baling2 kapal dengan bereksperimen dia masukkan kipas angin ke dalam baskom besar yang berisi penuh air…. Gubrak (ibunya hampir pingsan)….dan ayahnya dengan pelan mendekati anaknya untuk mengamankan semua itu…. (dan selanjutnya bisa kalian bayangkan bagaimana situasi yang terjadi saat itu…)

Akhirnya, diputuskan untuk mencari guru yang bisa memenuhi segala pertanyaan dan keingintahuan anaknya, agar tidak timbul rasa penasaran lagi sehingga menimbulkan rasa keingintahuannya dengan eksperimen yang membahayakan dirinya…dan dipilihnya AKU.

Singkat cerita, belajarlah dia dirumahku (karena sebetulnya aku keberatan untuk memberi les tambahan, karena waktuku yang tersisa setelah mengajar adalah kembali menjadi ibu rumah tangga)
Awal mulanya, sangat sulit memahami Ananda, karena tidak pernah focus pada pelajaran yang aku ajarkan di rumah. Kadang cenderung menyepelekan atau membeo jawaban. Dan itu menguji kesabaranku….hingga kalau aku sudah hampir habis akal dan kesabaran, aku suruh dia pulang dan  tidak usah lagi datang belajar privat sama aku. Tapi rupanya dia tidak mau pulang……...

Beberapa hari kami saling mengenal satu sama lain, dan rupanya kitapun sama-sama menemukan kecocokan dan kesamaan pemahaman. Ananda butuh aku yang mau menjawab dan punya waktu untuk menjelaskan segala sesuatu yang ingin dia ketahui dan ingin dia tanyakan, khususnya tentang ilmu pengetahuan alam, atau beberapa tehnologi disekitarnya…
Untuk memenuhi keingintahuannya itu, aku berkomitmen dengannya : “ Kapanpun dan dimanapun Ananda ingin bertanya pada Ibu, silahkan. baik secara tatap muka atau bisa telepon ibu, bertanyalah apa yang ingin kau ketahui, bisa lewat handphone atau telp ibu dirumah. Kalau disekolah pingin bertanya, cari ibu ada di kelas mana, masuk dengan sopan (permisi) dan bertanyalah …insyaallah jika ibu saat itu bisa menjawab maka akan langsung ibu jawab, tapi jika ibu belum menemukan jawabnya…Ananda bersabar ya…beri waktu buat ibu mencari jawabnya…! Bagaimana…? Setuju….?” …..maka deal…timbullah kesepakatan itu.

Alkisah, jadinya dimana Anada punya rasa penasaran dan ingin bertanya, maka dia akan mencariku, menelponku…. di handphone ketika aku sedang diperjalanan… ditelepon rumah….di parkiran sekolah, di kantin, diperpustakaan, atau aku sedang mengajar di kelas lain, sedang menerima tamu…atau sedang rapat koordinasi guru-guru….. Aku konsekuen dengan komitmen yang kubuat dengan Ananda, karena dia butuh itu…agar tidak timbul rasa penasaran dan berekperimen sendiri yang bisa jadi membahayakan dirinya. Dan secara tidak langsung, aku sudah mengajarkan keberanian dan keterbukaan yang terarah dan santun bersikap di depan orang lain…. Subhanaallah…….waktu berlalu sudah….dan nilai-nilai mata pelajarannya dengan sendirinya membaik, kemampuan motoriknya terkontrol dengan baik….aku sayang padanya, hingga aku sampaikan pada ibunya bahwa sudah waktunya Ananda belajar sendiri, tidak memerlukan aku….dia sudah bisa mandiri….percayalah….!


Dan hari berganti hari, bulan berganti bulan ….hingga waktu kelulusan kelas 6….Ananda berhasil lulus dengan nilai cukup baik untuk melanjutkan sekolah di tingkat SMP yang cukup berbobot….. dan tahun berganti tahun….  Hingga tanpa kusadari, disuatu senja menjelang magrib….Ananda daang lagi kerumah, mencari aku ….apa yang dia lakukan….?
Dia dengan santun menyapaku, mencium tanganku dan mengabarkan bahwa : “ Ibu,  Ananda sudah lulus SMP dengan Nilai NEM mata pelajaran pokok baik, cukup fantastis dan surprise buat diri saya sendiri….!!!”

Aku tidak pernah mengecilkan dia, aku selalu bilang bahwa Ananda “bisa” dan “ pintar”…..dan rupanya dia buktikan padaku, dengan belajar sungguh2 dan mengingat segala nasehatku… yang kadang dengan berseloroh aku bilang “ nanti kalau menemukan prtanyaan yang sulit…jangan menyerah tapi berusaha dengan segenap kemampuan dan konsentrasi…kalau perlu bayangkan wajah ibu dan sebut nama ibu 3x…biar kamu tenang….dan temukan jawabannya…(he he he …itulah caraku mensugesti dia dengan ke-PEDE-anku…eh dan ternyata itu pula yang dia lakukan….” O…O “….!

Dan, tahun kemarin dia masuk SMA swasta yang berkualitas juga,…. 
Dan siang itu, sepulang dari aku mengajar, aku jajan bakso di warung bakso dekat rumah aku ketemu Ananda….. Subhanaallah, dia sudah besar, sudah gagah tinggi lagi tambah tampan….dia menyapa dan mencium tanganku seperti biasa layaknya seorang murid ketemu gurunya…dan dia berkata : " Ibu, aku di SMA dpt rangking 7 lho! Akhirnya ya bu...kudapatkan itu setelah perjuangan dr SD bersama ibu...!!! dari seorang anak yang dianggap "Autis”…atau “ hiperaktif”

AllahuAkbar……