(hadiah dari sobatku yang pernah tinggal di AM Sangaji, Ygy)
Tepi pedesaan gersang
sore lengang
Saat bocah bermain layang-layang
Perawan Dhea lelap di surau
Sambil menghisap ibu jari dimulutnya yang lebar
Manakala angin bertiup seiring
Suara Adzan rebana hilang
Dhea terbangun ulah bocah, lancing
Berbisik kepadanya dalam isak tangis
Dan ketika hari mulai gelap
Seorang lelaki dengan genggam tangannya
Yang berat dan kuat
Mengulurkan sebuah rebana seraya berkata:
Kau; dalam seluruh waktu lewat hidupmu
Mainkanlah ini, bagi dia
Yang mempertaruhkan segalanya bagimu
Berbahagialah kau Dhea
(Dan aku teringat pada istriku
saat-saat setelah suara adzan petang
kami duduk berhadap-hadapan
dengan senyum memandang ke depan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar